Laman

Kamis, 08 April 2010

PUISI” SUARA HATI”

pKumpulan puisi lama


 

Puisi 1

Ada yang terbaru yang bisa dikenal

Tapi ada sesuatu yang tak bisa dipahami

Mencoba berdiri, dan berkata-kata dengan lantang

Menjadi pioneer di negri asing

Walau sekedar kegombalan yang terlontar.

Perih mendengarnya,

Kaku meneriakannya,

Siapa yang perduli,

Dan tak ka nada yang perduli

Berlari dari mimbar kemunafikan

Berhamburan meninggalkan majelis kesinisan

Andai………………, tak lagi terjual,

Kalau………………, tak lagi laku,

Jika ……………….., tak lagi diucapkan

Pergilah ! aku jenuh!

Pergilah ! aku mual !

Pergilah ! aku bosan !


 


 


 


 


 

Puisi 2 (2004)

Dalam dari kandang peraduan

Yang sulit meraba rasah

Menepis galau……………

Lupa gemercik air yang menetes……..

Memalung batu padat,

Bertahun-tahun……

Di tengah perenungan panjang

Berzikir………….memaku kekakuan hidup

Bersalawat……….menjejalkan nafsu rindu

Hingga sadar,

Kepalsuan mengatapi nurani

Kedustaan di ujung lidah

Kejujuran seperti dikebiri

Kebajikan seperti bunga layu

Yang sulit ditebarkan………….

Hantam jiwa melerai lusuh

Mengurai tulang-tulang tubuh

Kemanakah kepalaku yang hilang…?


 


 


 


 


 


 

Puisi 3 (2004)

Malam !

Kau terbungkus kabuat pekat

Menemani rembulan di dinding langit

Sembari menggantung harapan esok hari

Bukit, gunung, lembah dan hamparan lautan,

Mengadu resah,

Kepiluan sahabatnya manusia,

Tapi tidak sebaliknya……………

Merambat siang manusia membuka kesialannya

Merampas hak-hak alam, bahkan dirinya sendiri.

Untungnya alam masih mau bersahabat

Mendekap erat cadas kepiluan manusia

Akrab selalu menyapa ramah penghuni bumi.

Jika sahabat mengerti……………

Betapa kasih alam tak bertepi…………

Tanpa pamrih dari siapapun.


 


 


 


 

    
 


 


 


 

Puisi 4 (2004)

Apa yang salah pada generasi ini ?

Mengapa kami tak perduli, jangankan pada yang lain, diri kami sendiri pun tidak dihiraukan. Siapa yang salah ?ayah ibu kami, lingkungan kami, guru-guru kami atau kami sendiri?

Mengapa begitu susah menghanyutkan naluri kami ke sungai peradaban.

Apakah yang salah?

Seperti berada di negeri asing

Suasana yang muram seram, tanpa gemintang- indah menghiasi malam

Biduk generasi jampir berpaling

Kapal sepertinya akan oleng

Sebab penumpang mabuk minuman keras, bukan mabuk laut, tak terkendalikan.

Bau arak menyengat marak, menggelembungkan lambung yang membutuhkan tabung pengganti

Inilah wajah-wajah generasi, anak negeri

Entah apa akan terjadi, jika semuanya tak terkendali

Oh………….Allah pemilik bumi, benarkah jalan kami?

Yang menyesatkan diri demi nama kami di bumi ini.

Oh………...Allah pemilik diri kami neraka apa yang pantas untuk kami?

Tak pantas kami menyebut surga Mu, apalagi menginginkannya

Kamilah generasi perusak ummat

Senang hati kami melihat ummat-ummat tersesat ,Kamilah syaitan itu

Oh……….Allah pemilik alam semesta!

Kami memang buta……….

Kami tak mengerti makna cinta Mu

Yang kami tahu kami tak punya rasa

Oh…………….Allah kekasih kami!

Masih adakah jalan lain menuju Mu?